Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak
Pemaksaan pada anak didik untuk memiliki prestasi tertentu akan mengakibatkan perkembangan emosional anak jadi terganggu. Pemaksaan justru dapat menimbulkan stres. Para orang tua dan guru jangan memberikan target berlebihan pada anak didik untuk mencapai prestasi tertentu yang tidak sesuai dengan keinginan anak.
''Kebanyakan stres pada anak didik akibat tekanan dari orang tua dan guru yang menuntut anak didik untuk berprestasi sesuai keinginan orang tua atau guru,” kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Kalbar, Hasan Subhi, Senin (3/3).
Mengembangkan anak didik harus mempertimbangkan dua aspek yaitu kemampuan kecerdasan intelektual (IQ) dan kemampuan kecerdasan emosional (EQ) anak.
Selama ini orang tua dan guru selalu ingin anaknya memiliki ranking tinggi, pandai, dan sejumlah prestasi lainnya. Namun orang tua dan guru lupa bahwa tingkat kecerdasan emosi (Emotional Quotations -EQ) dan kecerdasan intelektual (intellectual quotation - IQ) masing-masing anak berbeda.
Pemaksaan tuntutan pada anak justru tidak mendidik. Mestinya orang tua dan guru harus memahami usia dan tingkat EQ anak dan tidak seharusnya tidak menuntut banyak atas kepandaian, prestasi, dan tuntutan lainnya pada anak. Mengenali emosi yang ada pada anak, mengelola dan mengekspresikan secara wajar. Jika anak mengalami masalah pada emosinya seperti rasa frustasi (kecewa), konflik, malu, menolak dipeluk, motivasi diri jarang, sulit mengekspresikan diri, sulit merasakan apa yang dirasakan orang lain, sulit mendapatkan teman, kurang percaya diri, dan keterlambatan perkembangan emosi. ''Masalah itu harus dipahami para orang tua agar mampu membimbing si anak sesuai sasaran tingkat emosi yang baik,'' ungkapnya.
Jika anak telah mengalami stres, dianjurkan agar orang tua mengubah sikapnya. Tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan, adalah tidak menuntut banyak pada mereka. Dengan penyesuaian diri terhadap anak, masalah yang dihadapi anak sedikit demi sedikit dapat teratasi.
Dalam proses pembelajaran di kelas, jika guru memberikan pertanyaan pada anak didik. Masing-masing anak menjawab dengan versinya sendiri. Tentunya, akan muncul jawaban yang menggelikan atau keliru. Menyikapi hal ini pendidikan tidak boleh menyalahkan anak didik.
''Menyalahkan mereka akan timbul jarak, dan biasanya kemudian anak didik akan takut untuk ke sekolah. Dan kalau itu terjadi, maka proses pendidikan kecakapan hidup jelas akan gagal,'' ujar Hasan
Adanya kekhawatiran yang berlebihan dari orang tua terhadap anaknya dengan melarang anak melakukan ini dan itu. Kekhawatiran lingkungan yang berlebihan akan menyebabkan anak tidak mandiri. Sikap orang tua sering membatasi dan melarang anaknya berbuat sesuatu secara berlebihan. Seperti setiap anak beraktivitas, orang tua sering mengatakan, “jangan” tanpa diikuti argumentasi yang jelas. Sikap orang tua seperti ini membuat anak ragu-ragu untuk mengembangkan kreativitasnya. Tapi justu akan mendidik anak untuk tidak berani membuat keputusan dalam kehidupannya sehari-hari.
Kasih sayang orang tua yang berlebihan terhadap anak. Seperti memenuhi apapun keinginan anak atau menjadikan anak sebagai raja kecil dalam rumah menyebabkan anak tidak mandiri.
Dikatakannya untuk mencegah ketidakmandirian anak, orang tua mesti memberikan pemahaman pada anak sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya. Pemberian pemahaman terhadap anak tentang arti pentingnya mandiri harus didasarkan argumentasi yang bisa dipahami anak. Tujuannya agar anak menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan sendiri secara bertanggung jawab. Bukan melakukannya karena kebiasaan saja, takut terhadap orang tua, atau takut gagal jika tidak mandiri.
“Penyadaran dengan pemahaman tidak cukup dilakukan sekali. Orang tua harus sabar untuk terus membimbingnya dan disertai praktik mandiri pada anak,” katanya.
Yang terpenting jangan memaksa anak untuk berbuat sesuatu ataupun membiarkan anak berbuat sesuatu, kecuali sesuatu itu tidak membahayakan dirinya.
Dengan cara ini, naluri anak untuk berkembang dapat tersalurkan dan pola intelektualitas, emosionalitas dan kreativitas anak juga akan tumbuh. Berbeda dengan anak yang senantiasa dibatasi, naluri perkembangan psikologinya bisa menjadi tumpul. Akibatnya, anak akan bergantung pada orang lain dan tidak berprestasi. Orang tua atau guru mesti memberikan kasih sayang secara wajar; dalam perilaku, hadiah, maupun pujian.
Kasih-sayang yang kurang atau berlebihan memiliki dampak negatif bagi perkembangan anak. Jika kasih sayang orang tua kurang, anak bisa menjadi bandel, kasar, jahat. Sebaliknya, jika anak kelebihan kasih sayang, kepribadian anak menjadi manja sehingga malas merawat dirinya, selalu minta dituruti kemauannya, dan sering mengendalikan orang tuanya.
Teguh, Guru SMPN 18 Pontianak berpendapat orang tua harus memberikan pendidikan secara tegas pada anak. Tidak dibenarkan jika orang tua bersifat berubah-rubah (tidak konsisten) dalam mendidik anak. Di sinilah pentingnya ayah dan ibu seiring dan sejalan dalam mendidik anak. Ketidaksejalanan ayah dan ibu dalam mendidik anak akan membuat anak bersikap tidak konsisten sehingga sikap kemandirian anak tidak berkembang secara baik.
Anak yang berkembang dengan kemandirian secara normal akan memiliki kecenderungan positif pada masa depan. Anak mandiri cenderung berprestasi karena dalam menyelesaikan tugas anak tersebut tidak bergantung pada orang lain. Pada akhirnya anak merasa mampu menumbuhkan rasa percaya diri. ”Anak mandiri yakin, seandainya ada risiko, ia mampu menyelesaikannya dengan baik.
Dengan begitu, kelak anak akan tumbuh menjadi orang yang mampu berpikir serius, yakni senantiasa berusaha untuk merealisasikan sesuatu yang ditargetkan yang selanjutnya, ia akan tumbuh menjadi anak yang prestatif,” jelasnya.
Di lingkungan keluarga dan sosial, anak yang mandiri akan mudah menyesuaikan diri. Ia akan mudah untuk diterima oleh teman-teman di sekitarnya. Kecerdasan anak baik dalam bentuk kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritual akan terus berkembang.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak mandiri berpengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadiannya sendiri. Jika tidak segera teratasi, anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya. Anak akan susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga ia memiliki kepribadian kaku. Anak yang tidak mandiri juga akan menyusahkan orang lain.
“Anak-anak yang tidak mandiri cenderung tidak percaya diri dan tidak mampu menyelesaikan tugas hidupnya dengan baik,” ujar Teguh.■
Rabu, 26 Maret 2008
Menghindari Stres Pada Siswa di Sekolah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar