Rabu, 26 Maret 2008

Persamaan Gender Membuat Peran Berimbang

Tantra Nur AndiBorneo Tribune, Pontianak

Masih adanya pendapat masyarakat Indonesia terutama budaya timur yang sering kali beranggapan bahwa peran dan tugas perempuan hanyalah di dapur, menyurus anak, memasak dan mengurus rumah haruslah segera ditinggalkan. Demikian diungkapkan Direktur Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Borneo, Rosmaniar

Ia mengatakan peran perempuan tidak hanya di dalam rumah tangga tapi punya peran yang lebih besar yaitu peran sosial. Peran di dalam rumah tangga dan peran dalam sosial masyarakat ini harus dijalankan dengan seimbang. Perempuan tidak akan berarti apa-apa jika kewajiban-kewajibannya terhadap rumah tangga dan anggota masyarakat tidak ditunaikan.

“Perempuan jika dapat dijalankan dengan baik akan menjadi faktor asas dalam melahirkan keluarga yang bahagia. Keluarga bahagia ialah keluarga yang ahlinya shalat, hidup dalam suasana gembira, bersikap saling hormat menghormati serta terpelihara dari segala perkara negatif dalam aspek kehidupan,” ujarnya.
Pembentukan keluarga bahagia memerlukan penyertaan dan kerja sama semua ahli rumah. Bagaimanapun peranan yang bertindak sebagai istri dan ibu adalah paling penting. Tanpa mereka, perkembangan keluarga terutama anak akan terhenti, keindahan hidup tidak akan dirasakan, segala-galanya akan menjadi pincang.
“Perempuan atau seorang ibu haruslah cerdas agar mampu memberikan pendidikan pada anak. Karena anak kelak menjadi tulang punggung negara,” katanya.
Meskipun perempuan lebih berperan didalam urusan rumah tangga, menurut Rosmaniar perempuan harus dapat memberikan peran dilingkungan sosialnya. Baik lingkungan RT, RW dan lebih bagus perempuan dapat berkarier atau menjalankan usaha sampingan. Hal ini bertujuan agar wanita tidak terlalu bergantung pada suami. Seorang perempuan harus menghindari ketergantungan pada suami. Supaya jika sewaktu-waktu perempuan harus menggantikan peran laki-laki sebagai pencari nafkah bagi keluarga maka perempuan harus siap.
“Sebenarnya peran dan kewajiban perempuan tergantung pada kesadaran suami bagaimana dalam membagi peran dengan istri. Ada laki-laki yang tidak menghendaki istrinya bekerja di luar rumah. Tapi ada juga laki-laki yang memberikan kebebasan pada istrinya,” papar Rosmaniar.
Pendapat yang sama tentang seharusnya peran perempuan juga diungkapkan Koordinator Program PPSW Borneo, Reny A. Hidjazie yang mengatakan memelihara dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya adalah kebaktian yang besar seorang perempuan terhadap agama, nusa dan bangsa.

Sebaliknya mensia-siakan pendidikan dan pemeliharaan anak, berarti mereka telah merusak negara. Karena kerusakan batin manusia itulah yang menjadi pokok pangkal kerusakan negara.
Jadi peran paling utama perempuan adalah seorang ibu. Dalam ajaran Islam, lanjutnya semua kerja yang dilakukan demi keperluan umat termasuk di dalam makna perjuangan fisabilillah. Namun apa yang menimbulkan masalah ialah sikap perempuan yang bekerja untuk bebas lepas dari pada nilai-nilai rohani, atau bersikap ingin maju setanding dengan lelaki dalam segenap segi. Sikap seperti haruslah dihindari karena perempuan harus mengutamakan pendidikan anaknya. pengaruh ibu dalam mendidik anak-anak jauh lebih besar dibanding dengan peranan guru di sekolah. Cinta dankasih seorang ibu kepada anaknya dengan hati yang suci murni inilah yang melandasi ibu dalam mendidik anaknya.

“Kebahagiaan hidup hanya dapat dinikmati apabila manusia dapat memenuhi berbagai keperluan seperti keperluan material, mental, emosi, sosial dan rohani. Dalam kehidupan berkeluarga, istri yang baik, yaitu yang tahu dan melaksanakan tugas dan peranannya yang baik adalah merupakan unsur penting ke arah mencapai kebahagiaan hidup,” katanya.
Nonik, mahasiswi Fakultas Hukum punya pendapat yang berbeda tentang peran perempuan. Mahasiswi semester 5 ini berpendapat harus ada keseimbangan pemberdayaan antara perempuan dan laki-laki. Untuk menjaga keseimbangan baik dalam keluarga, masyarakat, ataupun dunia, banyak hal yang bisa dilakukan laki-laki maupun wanita. Sebelum melakukan pemberdayaan atas gender yang lain, tentu saja masing-masing harus sadar potensi diri masing-masing. Karunia biologis dan psikologis masing-masing. Setelah itu masing-masing perlu mengerti karunia biologis dan psikologis lain gender.

“Awal mula keseimbangan adalah pengertian atas hal-hal yang mau diseimbangkan. Karena dua hal inilah yang sangat-sangat berbeda dari seorang perempuan dan laki-laki,” katanya.
Untuk membicarakan peran laki-laki atas pemberdayaan wanita. Pertama laki-laki sangat berperan untuk mengerti dan memahami wanita, apa keinginannya? apa kebutuhannya? Kemudian laki-laki bisa memberikan kesempatan agar wanita punya akses terhadap apa yang dibutuhkannya.Peran ini bisa diaplikasikan dalam keluarga.

Keseimbangan sebuah keluarga akan terbangun jika antara suami istri saling berbagi, sharing apa yang menjadi kebutuhan masing-masing?. Membangun komunikasi dan akhirnya menyediakan jalan agar masing-masing dapat mengembangkan dirinya.
Di masyarakat, laki-laki yang telah terlebih dahulu mendominasi masyarakat, dapat mendorong regulasi-regulasi yang dapat memberikan kesempatan bagi wanita, perlindungan terhadap ancaman kekerasan (pelecehan seksual) dan memberikan akses yang lebih luas kepada wanita untuk berperan di tataran sosial seperti pemerintahan, politik, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan potensi yang ada pada wanita dan peran yang cocok dengan potensi tersebut.

“Jadi perempuan tidak hanya berperan dalam rumah tangga dan urusan rumah tangga seperti mendidik anak bukan hanya kerjaan perempuan tapi juga merupakan kewajiban laki-laki,” tegasnya.■


0 komentar: