Rabu, 26 Maret 2008

Sampah Bukan Masalah, Bahkan Bisa Jadi Rupiah

Tantra Nur Andi
Borneo Tribune, Pontianak

Permasalahan limbah tanah galian di SMAN 1 Pontianak akibat adanya proyek renovasi sekolah ternyata memberikan dampak negatif bagi lingkungan di sekolah seperti membentuk struktur areal lahan yang miskin unsur hara dan mineral, menurunkan nilai estetika di lingkungan SMAN 1 Pontianak karena terkesan menjadi kumuh dan tidak tertata dengan baik karena penumpukan tanah tanpa penanganan lebih lanjut. Limbah tersebut dapat dipastikan merusak keindahan di lingkungan sekolah. Dampak lain dari limbah tanah tersebut dapat mengurangi kenyamanan dalam proses belajar mengajar.
“Tanah yang becek dan lahan sekolah yang tidak teratur tentu akan menghasilkan lingkungan belajar yang tidak kondusif. Kasus unik local kelas dipenuhi jejak kaki siswa dan guru karena sebelum memasuki ruangan kelas, guru dan murid harus melewati areal tanah aluvial,” kata Reza Pranata Putra, siswa kelas XI IPA 5 usai presentasi lomba Perbaikan Lingkungan Hidup Tingkat SMA dan SMK se-Indonesia yang digelar Toyota Eco Youth Program 2007/2008 di SMAN 1 Pontianak, Selasa (10/3).
Reza mengatakan untuk mengatasi permasalahan limbah tersebut, ia bersama teman-teman satu tim dalam lomba mencoba melakukan penelitian terhadap kandungan tanah yang terdapat pada objek limbah. Setelah diteliti kandungan tanah, ia mencoba melakukan pengelolaan agar tanah tersebut dapat dijadikan media bertanam, apalagi setelah diketahui bahwa tanah galian ini bersifat non pirits (tanah mati, red). Yang cocok ditanam tanaman buah-buahan dan obat-obatan keluarga yang bernilai ekonomis, berdaya guna dan berkesinambungan.
“Cara yang kami lakukan untuk mengelola tanah tersebut dengan mencampurkan tanah aluvial hasil galian dengan tanah bakar dan kompas hijau yang tujuannya untuk menetralisir keasaman tanah,” ujarnya.
Limbah tanah galian yang semua membawa dampak negatif bagi sekolah kini mampu disulap menjadi lahan yang ekonomis. Proses pengolahan tanah galian dan penanaman tanaman obat inipun tidak sulit. Bahan-bahan seperti kompos dapat diproduksi sendiri oleh SMA 1 Pontianak dengan sangat mudah sehingga strategi pengolahan limbah ini begitu ekonomis, efesien, efektif dan ramah lingkungan.
“Selain melakukan pengolahan terhadap tanah hasil galian sebagai permasalahan utama dalam proyek ini, kami juga melakukan upaya lain untuk memperbaiki lingkungan hidup di sekolah kami,” ungkapnya.
Satrio Adie Wijaksono, yang juga tim dalam lomba perbaikan lingkungan hidup mengatakan upaya memperbaiki lingkungan hidup di SMAN 1 Pontianak dengan cara memisahkan limbah menjadi dua bagian yaitu organik dan non organik agar memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Caranya membuat tempat sampah kembar yang satu untuk sampah organik dan yang satu untuk non organik yang masing-masing diletakkan di depan kelas. Tong sampah ini dibuat dari kaleng-kaleng cat berukuran 20 kg sisa pembangunan sekolah.
”Setelah dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik kemudian dilakukan pengelolaan lebih lanjut terhadap sampah tersebut seperti membuat kompos hijau dari sampah organik dan pembuatan kerajinan tangan dari sampah anorganik,“ katanya.
Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dengan menggunakan jamur Trichoderma. Penggunaan kompos sebagai pupuk memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Kompos mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro yang lebih lengkap, mampu memperbaiki struktur tanah, menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan dan yang terpenting mampu mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah khususnya sampah organik.
Niyalatul Muna, siswa kelas XI IPA 5 yang termasuk dalam tim SMAN 1 Pontianak mengungkapkan sampah-sampah anorganik yang ada di SMAN1 Pontianak telah diolah menjadi beberapa jenis kerajinan tangan dan barang siap pakai.
Contohnya botol-botol bekas diolah menjadi pot bunga gantung yang berfungsi sebagai media vertoga sedangkan plastik bungkusan makanan diolah menjadi kerajinan tangan lainnya seperti tas, map, jas hujan, topi dan kerajinan tangan lainnya.
”Upaya pembuatan kerajinan tangan ini, kami bekerjasama dengan ibu PKK dari perumahan Dwi Ratna 3 RT 05 RW 06, kelurahan Siantan Hulu yang merupakan pemenang dalam lomba Clean and Green City Pontianak 2007. Sampah plastik yang terkumpul setiap 2 minggu sekali kami kirim ke ibu PKK ini yang selanjutnya diolah menjadi tas, map, tempat pensil dan kerajinan lainnya yang dijual di koperasi sekolah. Dengan cara ini, sampah yang ada di lingkungan SMAN 1 Pontianak tidak ada yang keluar sebagai sampah namun menjadi barang-barang yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna,“ paparnya.


0 komentar: